Jumat, 18 November 2011

sejarah perkembangan teknologi komunikasi

Telekomunikasi berasal dari gabungan dua kata, yakni “tele” yang berarti far off atau jauh

dan “communicate” yang berarti to share atau komunikasi. Jadi, telekomunikasi bisa diartikan sebagai “komunikasi jarak jauh”. Berdasarkan the Annex of the Constitution of the International Telecommunication Union (ITU), “Telecommunication means any transmission, emission or reception of signs, signals, writing, images and sounds or intelligence of any nature by wire, radio, optical or other electromagnetic systems”. Sinyal adalah segala sesuatu yang dapat dilihat (visual), didengar (audible) ataupun elektrik.Sinyal tersebut dapat dihasilkan dari berbagai media, seperti api yang menyala, asap,bendera, lampu, drum, senapan, telegraph, telepon, radio, dan sebagainya.
Dalam berbagai literatur sejarah disebutkan bahwa telekomunikasi sudah dilakukanmanusia sejak ribuan tahun yang lalu menggunakan media yang sangat sederhana, seperti drum, api, air, maupun asap. Berikut ini adalah tahapan-tahapan perkembangan

telekomunikasi.

A. Sejarah Telekomunikasi

Telekomunikasi Pada Masa Permulaan

Pada masa ini, telekomunikasi dilakukan menggunakan media yang sangat sederhana.

Drum digunakan oleh masyarakat asli Afrika, New Guinea

dan Amerika Selatan. Di Cina, masyarakat menggunakan

"Tamtam", suatu lempengan logam besar berbentuk bundar

yang digantungkan secara bebas sehingga bila dipukul akan

menimbulkan bunyi keras yang dapat terdengar sampai jarak

yang jauh.

Pada abad ke-5 sebelum Masehi, kerajaan Yunani kuno dan

Romawi menggunakan api untuk berkomunikasi dari gunung

ke gunung atau menara ke menara. Telekomunikasi dilakukan

oleh prajurit khusus dengan saling memahami kode berupa

jumlah nyala api. Telekomunikasi ini digunakan saat perang

dan hanya efektif pada malam hari.

Pada abad ke-2 sesudah Masehi bangsa Romawi menggunakan asap

sebagai media telekomunikasi. Mereka membangun jaringan

telekomunikasi yang terdiri dari ratusan menara hingga mencapai

4500 kilometer. Setiap menara bisa mengeluarkan asap yang dapat

dilihat oleh menara lain yang berada di dekatnya. Sistem

telekomunikasi ini digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan

militer dalam menjalankan pemerintahan atas daerah jajahan yang

semakin luas.

Pada abad ke-4 sesudah Masehi, Aeneas the Tactician

mengusulkan sistem telekomunikasi menggunakan air yang

disebut hydro-optical telegraph. Sistem telekomunikasi ini

memanfaatkan ketinggian air sebagai kode-kode dalam

berkomunikasi. Sistem ini bisa mengirimkan pesan dengan

sangat cepat dari satu tempat ke tempat lain.

Pada masa Revolusi Perancis, Claude Chappe menemukan alat

telekomunikasi yang disebut mechanical-optical telegraph atau

sering disebut semaphore. Alat tersebut berupa suatu batang yang

dapat digerakkan menggunakan tali sehingga bisa membentuk

berbagai simbol/huruf yang jumlahnya mencapai 196 (huruf

besar, kecil, tanda baca dan angka). Alat tersebut dipasang di atas

atap gedung sehingga bisa terlihat dari jarak jauh. Jaringan

telegraph menggunakan alat tersebut dioperasikan pada tahun

1794 ketika tentara sukarela mempertahankan Perancis dari

serangan Austria dan penjajah lainnya. Jaringan tersebut terdiri

dari 22 stasiun dengan jangkauan 240 kilometer. Pengiriman

pesan sejauh itu hanya membutuhkan waktu 2 sampai 6 menit.

Telekomunikasi Elektrik

Telegraph elektrik komersial pertama dibangun di Inggris oleh Sir Charles Wheatstone

dan Sir William Fothergill Cooke. Jaringan telegraph elektrik ini beroperasi dengan

jangkauan 21 kilometer di the Great Western

Railway pada 9 April 1839. Samuel Morse,

bersama Alfred Vail berhasil membangun suatu

telegraph yang bisa merekam pesan ke dalam

gulungan kertas. Sistem ini menjangkau 64

kilometer antara Washington, DC dan Baltimore

pada 24 Mei 1844. Jaringan telegraph di Amerika

berkembang hingga 32.000 kilometer pada tahun

1851. Selanjutnya, jaringan kabel telegraph yang

melewati lautan Atlantic (antara Amerika dan

Eropa) selesai dibangun pada 27 Juli 1866 [2].

Sepuluh tahun kemudian (1876), telepon konvensional ditemukan

oleh pemuda berusia 29 tahun bernama Alexander Graham Bell

dan asistennya, Thomas Watson (22 tahun). Pada masa itu,

telepon merupakan penemuan sangat penting karena bisa

mengirimkan pesan suara melalui jaringan kabel. Hal ini membuat

telekomunikasi semakin alami, sangat cepat dan bisa dilakukan

siapa saja. Suara Graham Bell yang mengucapkan kalimat "Mr.

Watson, come here, I want you!" adalah suara pertama yang

berhasil dikirimkan melalui kabel pada tanggal 10 Maret 1876 [1].

Telepon komersial mulai dijalankan pada tahun 1878 di New

Haven, Connecticut. Enam tahun kemudian, jaringan telepon

sudah menjangkau Boston, Massachusetts dan New York City_

Pembangunan jaringan kabel telepon membutuhkan biaya yang

besar dan waktu yang lama. Oleh karena itu, para ilmuwan

berusaha menemukan sistem telekomunikasi tanpa kabel

(wireless telecommunication). Usaha ke arah ini sebenarnya

telah dimulai sejak tahun 1832 ketika James Lindsay

mendemonstrasikan wireless telegraphy di hadapan para

mahasiswanya. Pada tahun 1854, dia berhasil mengirimkan

pesan, dari Dundee ke Woodhaven yang berjarak sekitar 3

kilometer, menggunakan air sebagai media transmisinya. Pada

tahun 1893, Nikola Tesla menggambarkan dan

mendemonstrasikan secara detail mengenai prinsip-prinsip

wireless telegraphy. Dia menggunakan peralatan yang

berhubungan dengan sistem radio. Sebelum tahun 1900, Reginald Fessenden berhasil

mengirimkan pesan yang berupa suara manusia tanpa melalui kabel (wireless). Pada bulan

Desember 1901, Guglielmo Marconi berhasil membangun wireless communication antara

Inggris dan Amerika yang membuat dia mendapatkan hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada

tanggal 25 maret 1925 di London, John Logie Baird (Skotlandia) berhasil mengirimkan

pesan berupa gambar siluet bergerak. Pada bulan Oktober 1925, Baird berhasil

mengirimkan gambar bergerak yang sebenarnya atau televisi menggunakan Nipkow disk

sehingga dikenal sebagai televisi mekanik. Selanjutnya, Baird berhasil membangun

televisi berwarna menggunakan cathode-ray tubes.

Telekomunikasi Berbasis Komputer

Sejak ditemukannya komputer elektronik pada dekade 1930-an, perkembangan

telekomunikasi menjadi sangat cepat. Berbagai usaha dilakukan untuk mengirimkan data

dari satu komputer ke komputer lainnya. Pada tanggal 11 September 1940, George Stibitz

berhasil mengirimkan masalah-masalah komputasi menggunakan teletype ke Complex

Number Calculator di New York dan menerima hasil komputasinya di Dartmouth

College, New Hampshire. Konfigurasi komputer terpusat ini tetap populer sampai era

1950-an [2]. Pada dekade 1960-an, para peneliti mulai melakukan penelitian tentang

packet switching yang memungkinkan data-data dikirim ke komputer-komputer lain tanpa

melalui mainframe yang terpusat. Pada tanggal 5 Desember 1969, para peneliti berhasil

membuat suatu jaringan 4-node antara the University of California (Los Angeles), the

Stanford Research Institute, the University of Utah dan the University of California (Santa

Barbara). Jaringan komputer ini selanjutnya menjadi ARPANET, yang pada tahun 1981

sudah berisi 213 node. Pada bulan Juni 1973, suatu node dari luar Amerika ditambahkan

ke dalam jaringan komputer tersebut. Selanjutnya ARPANET bergabung dengan jaringanjaringan

komputer lainnya sehingga membentuk Internet. Pada bulan Agustus 1982,

protokol electronic mail (e-mail) yang dikenal dengan SMTP mulai diperkenalkan. Pada

bulan Mei 1996, HTTP/1.0 atau protokol yang memungkinkan hyperlinked Internet

berhasil diimplementasikan. Kedua protokol inilah yang membuat telekomunikasi berbasis

komputer menjadi sangat populer.

B. Telekomunikasi Saat Ini

Kehadiran internet membawa perubahan yang sangat besar bagi dunia telekomunikasi.

Saat ini, jutaan komputer sudah terhubung ke jaringan internet dan menyediakan sangat

banyak informasi yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja di seluruh dunia. Berbagai

aplikasi berbasis internet sudah banyak digunakan, seperti e-commerce, e-learning, video

conference, e-government, dan sebagainya. Dengan semakin banyaknya sumber informasi

di internet, maka muncullah beragam mesin pencari (search engine) yang sangat

memudahkan pengguna internet dalam menemukan informasi yang dibutuhkan. Yahoo

dan Google adalah dua contoh search engine yang sangat populer saat ini. Satu aplikasi

penting lainya adalah Wikipedia, yakni ensiklopedia bebas yang menyediakan informasi

tentang suatu istilah tertentu secara sangat lengkap dengan segala referensi yang

digunakan. Aplikasi internet lainnya yang sangat penting adalah mailing-list yang

merupakan kelompok diskusi menggunakan e-mail. Saat ini, ribuan mailing-list dari

beragam komunitas sudah memenuhi jaringan internet. Dari sisi software, keberadaan

internet telah membuat manusia bisa berkomunikasi dengan sangat mudah.

Bagaimana dengan kondisi hardware? Perkembangan hardware tidak bisa lepas dari

software. Keduanya saling mendukung. Perancangan hardware menjadi sangat mudah dan

cepat dengan adanya software yang powerful. Sebaliknya, software yang kuat, cepat dan

biasanya berukuran besar hanya bisa dibangun dan berjalan dengan baik jika hardware

komputer (processor, memory, harddisk, dsb.) menyediakan kebutuhan yang diperlukan.

Saat ini, hardware telekomunikasi sudah sangat maju. Jaringan telekomunikasi, baik yang

berbasis kabel maupun wireless, sudah memiliki kecepatan sangat tinggi hingga Megabyte

per detik. Di negara-negara maju, pengaksesan data dari benua lain memiliki kecepatan

yang hampir sama dengan pengaksesan data dari harddisk. Dengan demikian, data-data

multimedia (teks, suara, gambar dan video) sudah bisa dikirimkan melalui internet.

Sebagian negara sudah menggunakan teknologi Voice over Internet Protocol (VoIP) yang

memungkinkan komunikasi suara melalui jaringan internet. Hal ini membuat biaya

telekomunikasi menjadi semakin murah. Komputer yang berukuran sangat kecil dan

terintegrasi dengan handphone sudah umum digunakan. Terjadi konvergensi antara

telekomunikasi berbasis suara dengan data-data lainnya: teks, gambar, dan video.

Teknologi Bluetooth memungkinkan sebuah handphone bisa berkomunikasi tanpa kabel

dalam jarak dekat dengan beberapa perangkat lainnya seperti komputer, printer, scanner,

dan sebagainya. Handphone berbasis jaringan 3G (generasi ke-3) sudah bisa digunakan

untuk pengiriman data multimedia.

C. Telekomunikasi Masa Depan

Para ahli, secara personal maupun institusi, mencoba menggambarkan kondisi

telekomunikasi masa depan dengan beragam sudut pandang, pendekatan dan istilah. Ray

Kurzweil adalah salah satu ahli yang mencoba memberikan gambaran telekomunikasi

masa depan. Dalam bukunya yang berjudul “The age of Spiritual Machines: When

Computers Exceed Human Intelligence”, Kurzweil memprediksi bahwa pada tahun 2009

sebuah PC seharga US$ 1000 akan dapat melakukan sekitar satu triliun kalkulasi per detik.

Komputer akan menjadi sangat kecil, menempel pada pakaian dan perhiasan. Sebagian

besar transaksi bisnis rutin berada di antara manusia dan personalitas virtual. Telepon

dengan terjemahannya (translating telephone), pemanggil dan yang dipanggil bisa

menggunakan dua bahasa berbeda, akan digunakan secara luas di masyarakat. Pada tahun

2019, sebuah PC seharga US$ 1000 akan setara dengan kemampuan komputasional otak

manusia. Komputer semakin mudah dioperasikan, tidak terlihat dan menempel dimana

saja. Virtual reality sudah dalam tiga dimensi. Sebagian besar interaksi dengan komputer

sudah melalui isyarat tubuh (gesture) dan komunikasi ucapan bahasa alami dua arah.

Lingkungan realistis yang mencakup segala hal (audio, visual, dan fisik) membuat

manusia mampu melakukan sesuatu secara virtual dengan manusia lain, meskipun ada

batasan secara fisik. Manusia mulai memiliki hubungan dengan personalitas otomatis,

seperti teman dan guru. Gambar di bawah ini mengilustrasikan bagaimana komputer sudah

menempel di pakaian dan bisa berkomunikasi dengan manusia secara real time. Komputer

yang sangat kecil bisa ditempelkan di dasi dan tidak terlihat. Jika dasi tersebut kurang

rapat maka komputer akan menginformasikan ”I am tied too loosely. Please tighten”.

Ketika dompet hilang, komputer yang menempel di jaket akan menginformasikan ”Wallet

gone! Wallet gone!”.

Gambar 1. Interactive wear: komputer menempel di pakaian dan tidak terlihat, tetapi

bisa berkomunikasi secara real time menggunakan bahasa manusia [6].

Sebagian prediksi pada tahun 2009 sudah mulai terwujud. Perangkat komputer yang

semakin kecil dalam genggaman, seperti PDA (Personal Digital Assistant) dan

smartphone, sudah banyak digunakan secara komersil dengan harga terjangkau.

VerbMobil dan MATRIX adalah dua contoh lain yang berusaha mewujudkan prediksi

tahun 2009 tentang telepon dengan terjemahannya (translating telephone).

Speech technology

Pada masa permulaan, telekomunikasi dilakukan menggunakan media dan teknologi yang

sangat sederhana. Telekomunikasi saat itu sangatlah sulit sehingga hanya bisa dilakukan

oleh kalangan tertentu (kebanyakan militer), membutuhkan waktu yang lama, biaya sangat

mahal, jangkauan yang relatif pendek (belum bisa antar daratan yang terpisah lautan) dan

tidak alami (karena hanya mengandalkan pandangan mata manusia). Pada masa

telekomunikasi elektrik, media dan teknologi semakin modern. Telekomunikasi menjadi

sangat mudah (bisa dilakukan siapa saja), cepat (real time), lebih murah, jangkauan yang

sangat luas sehingga bisa dilakukan antar daratan yang terpisah lautan. Pada masa

telekomunikasi berbasis komputer, teknologi yang digunakan semakin canggih sehingga

jauh lebih mudah, cepat, dan menjangkau seluruh pelosok dunia. Telekomunikasi sudah

bisa menghilangkan batasan lokasi sehigga dunia terasa semakin sempit. Seorang yang

tinggal di Finlandia bisa berkomunikasi dengan orang lain yang hidup di Jepang.

Tetapi, masih ada dua tantangan besar yang harus dihadapi, yakni bahasa dan biaya.

Terdapat sekitar 6500 bahasa yang digunakan manusia di seluruh dunia. Apalah artinya

teknologi telekomuniasi modern yang menjangkau seluruh dunia jika tidak semua orang

mampu menguasai bahasa yang sama (meskipun bahasa Inggris sudah dianggap bahasa

internasional). Bagi masyarakat di negara sedang berkembang, biaya komunikasi antar

negara masih terasa mahal. Oleh karena itu, para ahli terus berusaha mengembangkan

teknologi telekomunikasi yang bisa menjawab kedua tantangan tersebut. Sudah sejak lama

para pakar mengembangkan speech technology untuk keperluan tersebut. Speech

technology meliputi automatic speech recognition atau speech to text (mengenali apa yang

diucapkan manusia atau mengubah suara menjadi teks), speaker recognition (mengenali

siapa yang berbicara), speech synthesis atau text to speech (mengubah teks menjadi suara),

dan bagaimana cara pengucapannya (mengenali intonasi dan emosi pembicara). Hingga

saat ini sudah banyak teori, software maupun hardware berbasis speech technology yang

dihasilkan oleh para ahli secara personal maupun melalui lembaga riset.

Satu hasil yang sangat penting adalah Speech to Speech Machine Translation

(S2SMT) yang merupakan istilah umum yang digunakan untuk sistem translating

telephone. Ide dasar S2SMT adalah mengenali suara manusia (apa yang diucapkan)

menggunakan automatic speech recognition (ASR) sehingga suara manusia bisa diubah

menjadi teks, menerjemahkan teks yang dihasilkan ke dalam bahasa lain yang diinginkan

menggunakan Machine Translation, dan mengubah teks hasil terjemahan tersebut menjadi

suara menggunakan text to speech. Gambar berikut ini adalah ilustrasi dari S2SMT.

Gambar 2. Konfigurasi S2SMT untuk bahasa Inggris-Jerman.

Riset dan pembangunan S2SMT membutuhkan waktu lama dan biaya sangat besar.

Suatu institusi riset seperti Advanced Telecommunication Research (ATR) yang berlokasi

di Kyoto Jepang membutuhkan waktu lebih dari 20 tahun dan biaya milyaran dolar

Amerika untuk melakukan riset dan membangun S2SMT yang diberi nama MATRIX.

Saat ini MATRIX sudah bisa mengakomodasi 30.000 kata untuk penerjemahan bahasa

Inggris-Jepang. Contoh lainnya adalah Verbmobil yang dibangun di Jerman. Verbmobil

mampu menerjemahkan bahasa Inggris-Jerman dengan akurasi yang baik meskipun di

lingkungan yang bising (seperti di bandara). Verbmobil juga dilengkapi dengan sistem

pengambilan kesimpulan dari dialog yang dilakukan. AT&T juga berhasil

mengembangkan S2SMT untuk Call Center yang mampu menangani penerjemahan

bahasa Inggris-Spanyol dan Inggris-Jepang.

Bagaimana dengan speech technology untuk bahasa Indonesia? Sangat sedikit ahli

yang berminat dalam bidang ini. Hasil riset pertama di bidang ini adalah IndoTTS, sebuah

software yang bisa mengubah teks ke suara dalam bahasa Indonesia, yang dipublikasikan

pada tahun 2000 [7]. Riset yang lebih serius pada bidang ini dimulai pada tahun 2003

dimana TELKOMRisTI bekerjasama dengan ITB dan ATR Jepang membangun Dumb

and Deaf Telecommunication Systems (DDTS) [7, 8]. Sistem DDTS diaplikasikan pada

layanan Emergency Call. DDTS memungkinkan seorang yang bisu dan tuli bisa

berkomunikasi melalui komputer (mengetikkan dan membaca teks), sedangkan operator

Emergency Call berkomunikasi melalui handset telepon (berbicara dan mendengar). Pada

tahun 2005 TELKOMRisTI bekerjasama dengan STT Telkom dan ATR Jepang

membangun basis data suara dan basis data teks bahasa Indonesia yang nantinya akan

digunakan untuk membangun Large Vocabulary Continuous Speech Recognition

(LVCSR) yang sanggup mengenali lebih dari 30.000 kata. Kedua basis data tersebut

adalah yang pertama di Indonesia.

Bagaimana speech technology bisa mengurangi biaya telekomunikasi di masa

depan? Pada gambar S2SMT di atas, data yang dilewatkan antar server adalah text yang

ukurannya bisa 200 kali lebih kecil dibandingkan voice. Saat ini, hampir semua

percakapan telepon menggunakan data berbentuk voice yang berukuran 8 kilo bits per

second (Kbps). Jika ucapan kata ”lima” yang diucapkan selama satu detik bisa diubah

menjadi teks (dimana satu huruf adalah 8 bit), maka ukuran teks hanya 32 bit per detik.

Tetapi, masih banyak masalah yang harus diselesaikan. Pertama, hingga saat ini speech

technology hanya bisa dijalankan di sisi server. Belum ada perangkat telekomunikasi di

sisi client (handphone maupun fixed phone) yang menyediakan processor berkecepatan

tinggi dan memori besar untuk menjalankan S2SMT. Kedua, speech technology masih

membutuhkan riset lebih lanjut untuk menjamin performansinya (akurasi dan kecepatan)

layak dipakai secara komersial. Ketiga, komunikasi mungkin akan kurang natural karena

suara pembicara harus disintesis menggunakan mesin.

Penutup

Sejarah perkembangan telekomunikasi memberikan banyak pelajaran bagi kita. Pertama,

telekomunikasi selalu berawal di Eropa dan Amerika. Pada masa permulaan, berbagai ide

kreatif tentang telekomunikasi bisa muncul akibat adanya perang berkepanjangan.

Pembangunan jaringan telekomunikasi secara besar-besaran menggunakan media api, asap

maupun semaphore digunakan untuk keperluan militer. Disamping itu masyarakat Eropa

dan Amerika juga memiliki daya kreativitas sangat tinggi, kerja keras yang luar biasa, dan

penghargaan negara terhadap suatu penemuan sungguh luar biasa. Dalam berbagai buku

autobiography, Alexander Graham Bell dan Thomas Alva Edison harus bekerja larut

malam untk melakukan ratusan bahkan ribuan percobaan sebelum menghasilkan

penemuan-penemuannya [4, 5]. Hingga hari ini, sebagian besar produk teknologi

telekomunikasi dihasilkan oleh Amerika dan Eropa: Finlandia (Nokia), Swedia (Ericcson),

Norwegia (Arsitektur dan software untuk wireless communication), Jerman (Siemens).

Negara-negara tersebut memang memiliki sistem pendidikan yang sangat kondusif bagi

tumbuhnya kreativitas dan sikap bekerja keras.

Pelajaran penting lainnya adalah keterlibatan orang-orang muda berusia 20-an

sebagai pelopor perkembangan telekomunikasi. Alexander Graham Bell dan Thomas

Watson, sebagai penemu telepon, keduanya berusia 29 dan 22 tahun. Thomas Alva

Edison, sejak berusia 20-an, sudah menghasilkan beragam penemuan tentang telegraph

dan menghasilkan perbaikan konsep telepon hasil penemuan Graham Bell [5]. Sistem

perekam suara (voice recorder) dan bola lampu adalah dua penemuan sangat penting yang

dihasilkan oleh Thomas Alva Edison. Dalam usia 33 tahun, Thomas Alva Edison sudah

menjadi orang terkaya di Amerika pada saat itu. Selama hidupnya, tercatat 1093 paten atas

namanya [5]. Kasus terbaru yang kita lihat saat ini adalah dua search engine, Yahoo dan

Google, yang dibangun oleh beberapa orang mahasiswa yang juga masih sangat muda.

Pada era internet ini, warga negara manapun memiliki peluang yang sama untuk

menghasilkan kreativitas yang luar biasa. Setiap bagsa memiliki akses yang sama ke

internet. Masalahnya terletak pada kemauan untuk bekerja keras. Thomas Alva Edison

mengatakan: ”Jenius adalah satu persen inspirasi dan sembilan puluh sembilan persen

kerja keras”.

Di masa depan, speech technology akan menjadi bidang kajian sangat penting bagi

dunia telekomunikasi. Universitas-universitas riset bertaraf internasional di banyak negara

berusaha melakukan riset bidang speech technology untuk bahasanya masing-masing.

Sebagai institusi pendidikan yang bercita-cita menjadi research university berkelas

internasional pada tahun 2017, STT Telkom sudah mulai menyiapkan segala keperluan ke

arah tersebut. Beberapa hasil riset sudah dipublikasikan di tingkat internasional, kerjasama

dengan institusi internasional juga sudah dilakukan, peningkatan kualitas dosen juga terus

menerus dilakukan. Sepuluh tahun yang akan datang, mungkin saja speech technology

berbahasa Indonesia atau bahkan berbahasa Sunda akan berhasil diwujudkan oleh

mahasiswa atau profesor dari STT Telkom yang berlokasi di Dayeuh Kolot. Jika speech

technology tersebut digabungkan dengan S2SMT, maka seorang pengusaha berbahasa

Sunda bisa berkomunikasi dengan pembeli yang berbahasa Inggris atau bahasa asing

lainnya. Sebagaimana yang dilakukan para pelopor telekomunikasi, kunci dari semua

penemuan teknologi adalah kerja keras. Semoga STT Telkom berhasil mewujudkannya.